Resensi Cerpen "Lelaki Senja"

 


 

 

Identitas Cerpen

Judul Cerpen                     : Lelaki Senja

Nama Pengarang             : Hilmi Faiq

Penerbit                              : Media Indonesia

Tahun Terbit                      : 7 Maret 2021

 

Sinopsis Cerpen

Sebuah cerpen berjudul “Lelaki Senja” menceritakan seorang Lelaki berambut perak yang duduk di bangku beton di tepi danau, memandangi air yang demikian tenang lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Begitu berulang-ulang ritual lelaki berambut perak setiap hari. Beberapa gadis remaja menyebutnya Lelaki Senja. Alasan dia datang setiap senja ke kompleks perumahan dan duduk di kursi beton ialah untuk mengenang masa-masa dia menjadi penguasa tanah. Dia lahir dan besar di tanah itu. Lahir sebagai anak desa yang bahagia dengan sawah dan segala kemewahannya. Ayahnya seorang tuan tanah. Luas tanah milik ayahnya tidak pernah bisa dia bayangkan.

Memasuki remaja, dia membantu menanam padi atau mengusir burung-burung yang sekadar mencari kenyang pada padi-padi bunting nan menguning. Juga ikut berdaki gabah ketika memanennya beberapa bulan kemudian. Lelaki Senja kian dewasa, lalu jatuh cinta dengan anak tetangga. Sepertiga harta warisan ayahnya habis untuk membawa gadis berlesung pipi itu ke pelaminan. Lelaki Senja yang hanya lulusan madrasah ibtidaiyah itu tak begitu paham cara mengatur jarak kelahiran anak. Baginya, anak itu rezeki Tuhan. Oleh karena itu, setiap istrinya melahirkan, dia menggelar syukuran dengan biaya hasil menjual sebagian tanah lantaran hasil panen tidak begitu bagus. Sibuk mengurus sisa sawah dan enam anak, lambat laun Lekaki Senja merasa usia tak lagi penting. Sampai pada suatu sore menjelang pulang dari sawah, dia memandang Matahari hampir rebah ke barat, awan jingga memayungi hamparan sawah yang kini dikepung jalan raya dan bangunan rumah. Lelaki Senja sadar, sawahnya makin tak lebar. Anak-anaknya makin besar dan butuh biaya tak kecil untuk sekolah dan menikah.

Dia dan istrinya hidup dari sisa uang hasil penjualan tanah. Itu pun kadang masih diminta anak-anaknya yang sebagian besar bekerja dengan upah tak begitu jelas. Dia duduk di kursi rotan di teras rumah. Wajahnya muram, membayangkan tak ada lagi sore hari duduk di kursi beton memandang danau, mengenang hamparan sawah yang luasnya tak terkira. Membaui aroma tanah yang mengingatkan dia pada musim tanam bersama mendiang ayahnya. Di usianya yang senja, dia merasa menjadi manusia sia-sia. Tiba-tiba dia menyesal telah menjual semua sawahnya.

 

Keunggulan cerpen

Didalam cerpen terdapat dialog antar tokoh, sehingga cerita terkesan menarik untuk dibaca. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari cerpen “Lelaki Senja”. Menggunakan latar masa kini dan pengunaan bahasa yang jelas, menambah daya tarik pembaca untuk membaca cerpen ini.

 

Kelemahan cerpen

Terdapat sedikit kata yang mungkin tidak dapat dipahami oleh beberapa orang. Kata tersebut bukan suatu masalah, melainkan pembeda dari cerpen lainnya, yang merupakan ciri khas dari cerpen tersebut.

 

Rekomendasi

Cerpen ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan umur, karena terdapat nilai nilai yang dapat kita ambil untuk dijadikan pelajaran dalam menjalani proses kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar