Resensi Novel "Amelia"


 

1.       Judul resensi: Si Anak Kuat ‘Penunggu Rumah’

 

2.       Identitas buku:

·         Judul buku: Amelia

·         Nama pengarang: Tere Liye

·         Penerbit: Republika

·         Wakru terbit: Oktober 2013

·         Tebal: vi, 392 Halaman

 

3.       Pendahuluan

Novel Amelia merupakan salah satu dari empat novel Serial Anak-anak Mamak yang ditulis oleh Tere Liye. Masing-masing novel diberi judul sesuai dengan nama dari tokoh utamanya. Urutan novelnya dari Amelia, lalu Burlian, Pukat, dan Eliana. Anak-anak mamak memiliki julukan sendiri sesuai dengan karakter khas masing-masing. Kakak pertama, Eliana adalah si ‘Sulung pemberani’. Kakak kedua, ‘Pukat si Jenius’. Anak mamak nomor tiga adalah Burlian si ‘Anak Spesial’. Sedangkan Amelia memiliki julukan ‘si Kuat’ tapi sering juga disebut sebagai si ‘Bungsu Penunggu Rumah’.

 

4.       Inti/isi resensi

Novel ini dibuka dengan prolog singkat dari Amelia, yang biasa dipanggil Amel. Namun, jika Amel bisa memilih ia ingin dipanggil Eli persis seperti kakaknya. Amel ingin menikmati megahnya menjadi anak pertama, karena ia rasa menjadi anak bungsu tak selalu menyenangkan seperti yang dipikirkan orang-orang. Ia dan keluarganya tinggal di sebuah perkampungan yang letaknya persis di Lembah Bukit Barisan. Tidak seperti novel pada umumnya yang berpusat pada satu permasalahan utama hingga penyelesaiannya, novel ini mengisahkan kehidupan sehari-hari Amel yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian menurut permasalahannya.

Bagian pertama mengisahkan antara Amel dengan kakak pertamanya, Eliana. Pada bagian ini dijelaskan bagaimana sikap Kak Eli yang cerewet dan suka mengatur. Amel memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang menyebalkan. Namun, perlahan Amel mulai menyadari bahwa menjadi anak sulung itu berarti memikul tanggung jawab yang besar. Lalu Amel juga menyadari bahwa Kak Eli amat sangat menyayanginya. Bagian ini ditutup dengan perubahan pemikiran Amelia. Amel selalu ingin dipanggil seperti panggilan Kak Eli. Bukan karena nama itulah yang menyuruh-nyuruhnya, bisa mengatur semua orang, sangat berkuasa di rumah. Melainkan ia tahu sekarang, itu karena Amel ingin persis seperti Kak Eli, yang selalu menyayangi adik-adiknya. Kakak terbaik sedunia yang ia miliki. Kakak sulungnya yang amat pemberani.

Bagian kedua bercerita tentang teman sekelas Amel, Chuck Norris, dan upaya Amel untuk membantunya. Bagian ini banyak menceritakan tentang kehidupan sekolah Amel, dimana ada guru-guru hebat seperti Pak Bin. Chuck Norris biasa dipanggil Norris atau Si Biang Rebut. Norris adalah teman sekelas Amel yang terkenal dengan sifatnya yang nakal dan suka membangkang. Namun, dibalik sifatnya itu ternyata Norris mempunyai kenangan masa lalu yang menyedihkan. Amel berusaha berteman dengan Norris dan mencoba membantunya menjadi lebih baik.

Bagian ketiga adalah tentang sunat kedua kakak laki-laki Amel: Pukat dan Burlian. Pukat dan Burlian, dua kakak Amelia ini sangat jahil. Mereka sering meledek Amel dengan mengatakan bahwa anak bungsu harus menunggu rumah. Amel sangat membenci perkataan tersebut karena ia juga ingin pergi sekolah ke Kota Kabupaten. Oleh karena itu, bagian ini menjadi bagian paling seru dimana Amel bisa menertawakan habis-habisan kedua kakaknya yang takut disunat.

Bagian keempat mengisahkan kepergian Eli ke kota untuk melanjutkan sekolah, yang membuat Amel bertanya-tanya, apa yang akan dirasakan mamaknya jika semua anaknya pergi.

Sedangkan bagian terakhir, yang merupakan bagian terpanjang dan paling utama dari novel ini, adalah tentang rencana Amel untuk mengganti tanaman kopi di desanya dengan bibir-bibit kopi unggul, agar kehidupan mereka bisa jadi lebih baik.

 

5.       Keunggulan buku

Salah satu hal yang menarik dibahas dalam novel ini adalah tradisi menjaga rumah. Yaitu sebuah tradisi dimana anak bungsu tidak diperbolehkan merantau ke luar daerah. Mereka diharuskan tinggal di kampung halaman untuk merawat orangtua. Namun sebenarnya jika dimaknai dengan seksama hal ini tidak hanya bermakna demikian. Tradisi ini juga diberlakukan agar anak-anak yang belajar ke luar daerah dan menjadi sukses tidak semuanya menetap disana, namun ada yang Kembali dan memajukan kampung halaman.

Hal menarik lain dibahas yaitu tentang perubahan. Banyak orang yang enggan untuk keluar dari zona nyaman. Padahal jika mau berubah meskipun harus berkorban, manusia bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Dalam novel ini juga tersisipkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, peduli pada orang lain, kesungguhan dalam melakukan sesuatu, juga kesabaran.

 

6.       Kekurangan buku

Terdapat beberapa kekurangan kecil dalam novel ini. Yang pertama adalah inkonsistensi. Pembaca yang hanya membaca novel Amelia mungkin tidak akan mengalami masalah. Tapi pembaca yang membaca Pukat, Burlian, dan Eliana akan menemukan ketidaksesuaian. Pada novel ini tertulis bahwa kampung mereka belum dialiri listrik, sedangkan di novel Pukat dan Burlian ada radio dan televisi di rumah mereka.

Yang kedua adalah terdapat beberapa penulisan kata yang kurang huruf, jadi penulis maupun editor harus lebih memperhatikan penulisannya.

 

7.       Penutup

Novel ini bercerita tentang masa belajar anak tanpa meninggalkan kepolosan dan kenakalan masa kanak-kanak. Nilai moral yang tersebar di setiap bab dengan pre-endig dan ending yang memukau serta penggunaan bahasa yang sederhana menjadikan novel ini perlu, bahkan penting dibaca oleh semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar