Tersenyumlah

 Udara dingin merasuki tubuh seorang gadis cantik. Pagi itu ia tiba di sekolah pada pukul 06.15. Ia memang terbiasa datang lebih awal ke sekolah agar bisa shalat duha dan murojaah bersama dengan sang sahabat. “Assalamualaikum mba Ica”, sapaan gadis cantik kepada sang sahabat. Sang sahabat langsung menjawab salam sambil tersenyum “Waalaikumsalam Aludra”. “Ayo, kita shalat duha!” ajak Aludra. Aludra dan sahabatnya segera mengambil wudhu, menunaikan shalat duha di musala dan dilanjut murojaah. “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim, bismillahirrohmaanirrohiim, alif lam mim ro, tilka aayaatulkitaab, waaladzii unzila ilayka mirrobbikalhaqqu walaakinna aktsaronnaasi laa yu’minuun". Sekelompok siswa-siswi tidak sengaja mendengar lantunan ayat al quran Aludra, mendadak terhenti dari langkahnya. “Masyaallah merdu sekali, lantunan ayat al quran dari siapa ya?” tanya seorang siswi. Mereka mengintip kedalam musala, karena penasaran siapakah yang melantukan ayat suci al quran yang sangat merdu itu. “Shodaqallahualadziim,” Aludra menutup murojaahnya.“Loh, kalian lagi ngapain disitu?, sini masuk dan shalat duha atau murojaah” tanya Aludra karena kaget melihat para siswa dan siswi berdiri di depan pintu musala dan Aludra langsung mengajak mereka untuk masuk dan melaksanakan ibadah di musala. “Tadi kami baru datang dan akan menuju kelas, saat kami lewat musala, kami mendengar lantunan ayat suci al quran yang sangat indah dan ternyata kamu yang melantunkan ayat suci al quran itu, ternyata malaikat tak bersayap memang ada ya,” jawab salah satu siswi yang terkejut mendengar lantunan ayat suci al quran Aludra. “Ternyata itu sebabnya kalian berdiri di depan pintu musala, aku bukan malaikat tak bersayap, aku hanya manusia biasa yang berusaha untuk menjadi lebih baik lagi,” Aludra terkejut mendengar alasan mereka sambil tertawa. Saat berada di kelas, Aludra dan mba Ica mempelajari kembali materi untuk ulangan matematika nanti. “Kkrrriiinnnggg!” bel berbunyi. Seluruh siswa dan siswi bersemangat untuk pulang sekolah. Senyuman manisnya terlihat jelas saat ia masuk ke dalam rumah. Masih terfikirkan kalimat pujian dari para siswa-siswi yang tanpa sengaja mendengarkan lantunan ayat al quran dirinya. “Kak, sekolahnya pindah ke Purwokerto, bunda dan ayah sudah mendaftarkan kakak ke sekolahnya” ucap bunda. Senyuman manisnya perlahan memudar dari wajah cantiknya karena ternyata ia sudah didaftarkan di sebuah sekolah di Purwokerto. Awalnya, Aludra tidak mau pindah karena sudah nyaman di sekolahnya, banyak kebahagiaan yang ia dapatkan di sekolahnya, sangat berat untuk meninggalkan semuanya apalagi untuk melupakannya. Pada malam hari, ia melaksanakan shalat istikharah dan Allah memberikan petunjuk dengan membukakan pintu hati Aludra untuk ikhlas pindah ke Purwokerto. Aludra izin sekolah untuk mengikuti tes dan ternyata ia diterima di sekolah barunya. Hari pertama masuk sekolah di sekolah baru memanglah membuat jantung serasa ingin copot walaupun ini bukan kali pertama Aludra pindah sekolah. Tetapi suasana berbeda ketika Aludra berjalan menuju kelasnya yang berada di paling pojok, semua siswa dan siswi memandang Aludra dengan tatapan penasaran. Sampailah Aludra di kelas barunya. Beberapa saat kemudian, bel berbunyi dan ia langsung memperkenalkan diri. Betapa bahagianya saat ia berkenalan dengan seorang murid baru juga seperti dirinya yang bernama Adelline dan berasal dari Malang. Setiap pagi, Aludra dan Adelline tartilian bersama. Walaupun mereka tidak sekelas, mereka sangat dekat. Bahkan, beberapa siswi bilang kalau Aludra dan Adelline sangat mirip. Aludra masih berkomunikasi via whatsapp dengan Nisya. Di kelas 5, Try Out pertama dilakukan. Aludra panik saat Try Out, ia merasa soal sangat susah apalagi saat menyalin ke Lembar Jawab Komputer. Setelah pembahasan Try Out, ternyata nilai bahasa Indonesia Aludra tertinggi yaitu 94. Data pembagian kelompok BimSor ditempel di depan pintu kelas masing-masing. Aludra termasuk sebagai anggota kelompok 3, ia sempat kaget karena di lembar jawab biasa, ia mendapatkan nilai yang bagus, tetapi ternyata jawabannya di LJK tidak semuanya bisa terbaca di komputer. Betapa sedihnya dia sebab nilai yang ia pikirkan ternyata tidak sesuai dengan hasilnya. Walaupun begitu, ia tetap berusaha dengan semangat, tetapi pada hasilnya ia tetap berada di kelompok 3. Ia mulai merasa sangat terpuruk. Hari demi hari, beratus ribu ujian dilaluinya dengan penuh lika-liku. Tak terasa pagi ini adalah pembagian kelas karena kenaikan kelas. Aludra hanya berharap bisa sekelas dengan teman yang bisa selalu ada untuknya agar hari harinya lebih berwarna. Dan ia sangat bahagia ketika ia mengetahui bahwa sekelas dengan Revalina dan Mentari. Revalina adalah teman dekat Aludra saat panahan dan Mentari adalah teman sekelas Aludra saat kelas 5. Sepulang sekolah, Aludra selalu belajar dan hafalan untuk sertifikasi. Di sekolah lamanya, Aludra hanya hafal tiga perempat dari juz 30, sedangkan di kelas 6 ini, ia harus menyetorkan kembali hafalan sebanyak 2 juz. Aludra menghafalkan 1 seperempat juz dalam waktu yang sangat singkat. Belum lagi, ia harus menjalankan Try Out. Aludra berkali kali merasa berada di titik dimana sangat merasa lelah, tetapi lagi, lagi, dan lagi orang orang yang Aludra sayangi selalu menyemangatinya. Memang perjuangan tak akan mengkhianati hasil. “Aludra Putri Ayunda” namanya terpampang jelas di data siswa-siswi kelompok 1. Kelompok idaman semua siswa dan siswi. Bahkan saat selesai pelaksanaan shalat duhur, diumumkan para siswa-siswi yang mengikuti RumPres (Rumah Prestasi), salah satunya adalah Aludra. Rasanya seperti mimpi yang sangat indah, tetapi itu nyata. Sesampainya di rumah, Aludra menangis dan langsung memeluk bundanya. “Bundaaaa, alhamdulillah Aludra masuk kelompok 1 dan mengikuti rumpres,” ucap Aludra. “Alhamdulillah nak, semangat terus ya! Bunda dan ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu,” ucap bunda terharu. Sekolah baru Aludra merupakan sekolah ternama di Purwokerto, terkenal dengan prestasi para siswa dan siswi nya yang luar biasa hebat. Kompetisi memang sangat terasa. Setelah selesai Try Out, ustadz Ayub memanggil Aludra dan Revalina untuk mengikuti lomba panahan. Setelah izin ke bunda, ternyata Aludra tidak diizinkan untuk mengikuti lomba panahan karena harus fokus untuk persiapan ujian. Satu per satu Try Out dilaluinya dengan sabar. Rutinitas sehari-hari Aludra terfokuskan kepada belajar dan hafalan. Seringkali ayah dan bundanya melihat Aludra tertidur sambil memegang al quran. Mungkin orang tidak mengetahui perjuangan besar seorang gadis cantik sekaligus murid baru itu. Ia yakin bahwa Allah tidak akan memberikan ujian kepada hambanya di luar batas kemampuan hambanya. Allah memberikan satu per satu hadiah untuknya, yaitu Aludra mengikuti beberapa perlombaan dan orang tuanya mengizinkan. Memang sulit untuk membagi waktu antara belajar untuk persiapan ujian, hafalan untuk sertifikasi, persiapan beberapa perlombaan, apalagi pulang sekolah sudah sangat sore, Aludra pun sampai rumah saat adzan maghrib. Semua rintangan sudah dilaluinya. Ini adalah hari yang sangat menegangkan bagi seluruh pelajar. Sama halnya dengan Aludra. Sepanjang jalan menuju ruang ujian, ia berdzikir dan berdoa. Keesokan harinya, ia sudah siap untuk berangkat sekolah, tiba-tiba hal yang tidak diinginkan terjadi. “Bundaaaa, perut Aludra sakit,” teriak Aludra kesakitan. “Kita langsung ke dokter aja kak!” ucap bunda. Namun, Aludra menolaknya karena ia sudah siap untuk ujian hari ini, ia tidak ingin mengikuti ujian susulan. “Nggak papa kak hari ini izin dulu aja, daripada saat ujian nggak fokus,” saran bunda. Hari itu memang membuat Aludra kebingungan, kondisinya membuat ia menjadi serba salah. Dan ia memutuskan untuk izin di hari itu. Para siswa-siswi bertanya-tanya tentang sebuah kursi kosong. Kursi kosong yang tidak diberi kabar oleh orang yang biasa mendudukinya karena sedang sakit. Pagi hari yang cerah, kembali terpancar raut ketegangan dari gadis cantik itu. Tak terasa, beratus ribu hari di lewati oleh sang gadis cantik. Tibalah saatnya dimana ia wisuda kelulusan SD. Jantungnya terasa mau copot, keringat dingin bercucuran pada saat menanti proses wisuda dan nilai akhir ujian yang selama ini ia perjuangkan dengan sangat keras. “Aludra Putri Ayunda, putri dari bapak…..” pemanggilan nama yang disertakan dengan foto sang gadis cantik. Ribuan pasang mata tertuju padanya bahkan sampai ia duduk sekalipun. Dengan perlahan ia buka ijazah kelulusannya, tertulis jelas hasil akhir ujiannya. Rasanya ingin teriak di lautan. Hingga kata tak bisa berkata-kata. Saat wisuda selesai, ia langsung berlari dan memeluk sang bunda. Bunda langsung menanyakan bagaimana hasil dari ujian nasional Aludra. Dengan berlinangan air mata, ia memberi tahu nilainya dan bunda pun ikut menangis karena terharu. Acara wisuda selesai, di rumahnya yang bertema modern industrial itu, Aludra, ayahnya, bundanya, dan adiknya berpelukan. Mereka berpelukan sampai meneteskan air mata. Ayah dan bunda Aludra tahu bahkan sangat paham perjuangan Aludra yang sangat luar biasa. Seketika sang gadis cantik itu meneteskan air mata dan bersyukur atas semua nikmat dan kebahagiaan yang Allah berikan kepadanya. “Terima kasih ya Allah, engkau telah mengabulkan semua doaku, dan engkau memberikan orang-orang yang selalu ada untukku dan menyemangatiku di saat aku hampir jatuh” Aludra tak kuasa menahan air matanya. Perjuangan Aludra tak hanya berhenti di situ. Ia melanjutkan pendidikan di SMP. Terkejutlah saat ia masuk di kelas sementara yang ternyata berisi siswi-siswi kelas percontohan dan pintar. “Aku salah masuk kelas nggak ya? Tapi bener kok namaku ada disini” Kata hati Aludra. Ia hanyalah seorang murid baru yang hanya memiliki hafalan pas-pasan. Oleh karena itu, ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, usaha dan doa terus dilakukannya. Ratusan siswi mengantri untuk mengikuti seleksi kelas percontohan al quran. Masa-masa penantian hasil pengumuman seleksi ia gunakan untuk murojaah dan berdoa. Memang seleksi itu sungguhlah berat, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurutnya, apapun hasilnya ia harus bisa menjadi yang terbaik dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Ustadzah menutup pembelajaran sambil membagikan amplop yang berisi kertas hasil pengumuman. “Selesai sudah pembelajaran hari ini dan ustadzah akan bagikan hasil pengumuman seleksi kelas percontohan al quran”. Tibalah amplop itu di mejanya, setelah dibuka hasilnya mengatakan bahwa Aludra lolos seleksi dan sudah sah masuk kelas percontohan al quran. Mobil rush putih datang menghampirinya. Ia dijemput oleh kedua orang tua dan adik laki-lakinya itu. Orang tua nya sangat bahagia dan terharu saat mengetahui Aludra lolos seleksi itu. Tahap seleksi sudah dilaluinya, ia selalu belajar bagaimana cara menghafal yang baik untuk dirinya. Karena, setiap orang memiliki kenyamanan dalam menghafal yang berbeda-beda. “Kkrrriiinnnggg…” Bel istirahat berbunyi. Semua siswi di kelas, yang tadinya fokus hafalan langsung berkemas dan menuju kantin. Namun, berbeda dengan Aludra dan keenam temannya itu. “Guys, pada nggak jajan ke kantin kan?” tanya Adelline. Aludra, Maheera, Rai, Sarra, Chitra, dan Febby dengan kompak menjawab “Kita nggak ke kantin kok”. Seketika mereka bertujuh tertawa karena tanpa mereka sadari, mereka menjawab pertanyaan Adelline bersamaan. “Nak, kalian nggak ke kantin?” tanya ustadzah melati. “Kita nggak ke kantin ust, kan kita bawa bekal dan mau hafalan saja ust” jawab Aludra. Ustadzah melati tersenyum karena mereka lebih mementingkan hafalan daripada ke kantin. Mereka bertujuh saling berbagi bekal. Biasa bagi orang lain, bagi mereka itu sangat mengasyikan. Sambung ayat, murojaah bersama, bercerita, bercanda, tertawa, itu saja sudah membuat mereka bahagia. Bahagia itu sederhana, apalagi mempunyai teman yang selalu ada dikala suka dan duka. Tak terasa, 1 tahun sudah dilalui Aludra di kelas 7. Kelas 8 merupakan fase paling santai di SMP menurut Aludra, ia mulai menikmati setoran hafalan yang menantinya setiap hari. Walaupun ia tak seperti siswi-siswi lain yang berkali-kali mengikuti perlombaan, karena ia lebih memilih tetap fokus dengan hafalannya. Dengan melihat kakaknya yang masuk kelas percontohan al quran dan fokus menghafal al quran, sang adik juga masuk ke kelas percontohan al quran di SD. Adik sang gadis cantik itu tak kalah berprestasi juga, ia mengikuti binpres al quran, mendapatkan penghargaan dan reward dari LPP, mengikuti dai cilik sejak TK, dan masuk dalam ranking 3 besar. Itu semua berkat perjuangan, kesabaran Aludra yang luar biasa hingga akhirnya ia dapat menjadi contoh yang baik untuk adiknya. Tidak mudah tapi ia bisa melewatinya dengan sangat baik, ia bisa dengan caranya sendiri, dan harus diingat bahwa proses yang baik tidak akan mengkhianati hasil. 


Nama: Ayla Mahsa Ihsani

Absen: 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar