Teks Laporan Hasil Observasi Bunga Tapak Dara

 

BUNGA TAPAK DARA



Bunga tapak dara merupakan perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar. Sampai saat ini tapak dara telah menyebar ke berbagai daerah tropika (Indonesia, Malaysia, Filiphina, Cina, Inggris, dan Belanda). Nama ilmiahnya adalah Catharanthus roseus (L). Don. Klasifikasi tanaman tapak dara berada di kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, famili Apocynaceae, genus Catharanthus, dan spesies C. roseus. Tanaman tapak dara juga dikenal dengan bunga periwinkle. Periwinkle berasal dari bahasa latin pervincire yang berarti mengikat atau melilitkan. Nama ini masuk akal karena berkaitan dengan bunga tapak dara yang cantik. Beberapa komunitas menganggap tapak dara sebagai simbol awal baru atau persahabatan (voi.id, 2022). Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal dengan berbagai macam nama, seperti di Sulawesi disebut sindapor, dalam bahasa Sunda disebut kembang tembaga, dan dalam bahasa Jawa disebut tapak  dara.

Tapak dara menyukai tempat-tempat yang terbuka, tetapi tidak menutup kemungkinan bunga ini dapat tumbuh di tempat yang agak terlindung juga. Bunga tapak dara tumbuh baik mulai dari daratan rendah sampai tempat dengan ketinggian 800 MDPL. Tumbuhan ini memiliki berbagai macam warna. Dengan warna dominan bunga tapak dara yaitu warna putih, merah muda, dan ungu.

Bunga tapak dara bersusun majemuk dan keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun (Lingga, 2005:4). Bunga ini memiliki batang berkayu, bergetah putih, dan batangnya berbentuk bulat. Daun tapak dara berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan tersusun menyirip berselingan. Panjang daunnya sekitar 2-6 cm, lebarnya 1-3 cm, dan tangkai daun yang sangat pendek. Tapak dara memiliki kelopak bunga dan ukuran bunganya yang kecil. Mahkota bunga berbentuk terompet, dengan ujungnya melebar, dan warnanya yang bermacam-macam (biru, putih, merah muda, ataupun ungu) tergantung kultivarnya.

Bunga tapak dara merupakan habitus perdu yang tumbuh menyamping. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 0,2-1 meter. Buah tapak dara memiliki bentuk silinder dengan ujung yang lancip, berambut, dan panjangnya sekitar 1,5-2,5 cm serta memiliki banyak biji. Tumbuhan ini memiliki toleransi tinggi dan mampu beradaptasi, baik terhadap suhu tinggi maupun relatif rendah, karenanya bunga tapak dara dapat hidup dan berkembang di daerah yang berhawa panas maupun dingin (Lingga, 2005:1). Dengan adaptasi tinggi yang dimiliki bunga tapak dara, hal itu menjadikan tanaman ini termasuk bunga yang dapat dirawat dengan mudah.

Dibalik keindahan bunga tapak dara, terdapat beragam manfaat tapak dara bagi kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu, tanaman ini juga sering digunakan sebagai obat alami untuk mengatasi sejumlah penyakit. Seperti sariawan yang dapat diobati dengan kandungan tannin bunga tapak dara, pengobatan diabetes dan hipertensi dengan merebus bunga tapak dara dan mengonsumsinya selama beberapa hari, membantu menghentikan pendarahan dengan minyak yang sudah diekstrak dari daunnya, mengatasi batuk dan pilek dengan menggunakan daunnya yang dikeringkan dan dijadikan teh, serta dapat mengcegah dan mengobati kanker dengan mengolahnya menjadi teha. Walaupun bunga tapak dara dijadikan sebagai obat alami, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi bunga secara langsung (menelan bunga/bagian lain). Karena hal itu dapat menyebabkan resiko lain. Untuk menggunakan tumbuhan ini sebagai obat tetap harus mendapatkn rekomendasi dan dokter yang sudah ahli

Selain digunakan sebagai tanaman obat, tapak dara lebih dikenal sebagai tanaman hias  (Suparni, 2021:283). Dengan bunga kecil yang cantik menjadikan pekarangan terlihat lebih sejuk dan berwarna. Seperti halnya di SMAIT Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto, bunga tapak dara yang berwarna merah muda diletakkan di halaman depan lobi sekolah sebagai tanaman hias.

 

Nama: Talitha Calluella Hardiyanto

Kelas: XE

No. Absen: 24

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar