Resensi Cerpen "Kunang-Kunang di Bukit Cahaya"



"Cahaya Kecil di Puncak Bukit"

 

1. Identitas Cerpen

        ● Judul Cerpen : Kunang-Kunang di Bukit Cahaya

        ● Nama Penulis : Achmad Al Hafidz

        ● Penerbit : Fajar Makassar

        ● Tanggal Penerbit : 21 Maret 2021


2. Sinopsis Cerpen

            Seorang anak perempuan di sebuah rumah sederhana duduk menemani ibu nya

yang sedang menjahit celana suami nya yang sedikit robek sambil memandangi puncak

bukit yang dipenuhi cahaya terang di malam hari. Ibu heran dengan anaknya yang manis,

cerewet, dan ceria yang bernama Sumirah akhir-akhir ini sering merenung di malam hari

memandangi bukit cahaya. Akhirnya, ibu pun bercerita tentang kisah Bukit Cahaya yang

terdapat padang ilalang yang dipenuhi oleh kunang-kunang. Di tempat dimana cahaya tak

pernah padam merupakan tempat paling suci.

            Dari mulut warga desa, bahwa besok akan datang anak-anak dari Bukit Cahaya yang

turun dan menari-nari. Mereka akan bermain permainan tradisional di setiap gang dan

kembali berjalan beriringan menuju Bukit Cahaya. Anak-anak Bukit Cahaya seumuran

atau bahkan lebih muda dari Sumirah, mereka tidak dapat dibedakan dengan anak-anak

lain pada umumnya. Parahnya, anak Bukit Cahaya ini selalu menghipnotis anak-anak

yang ikut menari dan bermain bersama anak Bukit Cahaya hingga membawanya sampai

kembali ke Bukit Cahaya. Di kota ini juga banyak anak-anak adopsi yang berasal dari

Bukit Cahaya sendiri. Banyak juga yang membuang janin atau bayi di Bukit Cahaya agar

makhluk kecil ini abadi lalu diadopsi oleh orang yang ingin memintanya.

            Benar saja, saat senja usai dan malam menyergap, anak Bukit Cahaya turun dan

bermain dengan bahagia seperti tidak ada beban sedikitpun. Warga setempat melarang

anak-anak mereka untuk mendekat atau menyentuh anak Bukit Cahaya itu agar tidak ikut

berubah menjadi kunang-kunang.

            Namun, Sumirah malah ikut bermain bersama dengan anak Bukit Cahaya sampai ibu nya

merasa putus asa mengejar Sumirah yang semakin menjauh. Sang ibu pun pasrah dengan

kejadian tersebut. Saat Sumirah tersadar, tubuhnya sudah menjadi hijau keemasan yang

bercahaya. Sekarang, dia sudah menjadi salah satu bagian dari anak Bukit Cahaya itu.

Semua hal hanya tentang kebahagiaan abadi yang disuguhkan oleh anak Bukit Cahaya.


3. Keunggulan Cerpen

        ● Penulis menyisipkan banyak kiasan dalam cerpen ini.

        ● Penggambaran sebuah keadaan dan tokoh dicerpen ini dijelaskan secara detail.


4. Kelemahan Cerpen

        ● Alur ceritanya terkesan monoton.

        ● Bahasa yang susah dipahami.


5. Rekomendasi 

            Sebaiknya penulis memperhatikan alur cerita dan menggunakan bahasa

yang lebih mudah dipahami pembaca. Namun secara garis besar isi cerita sudah bagus

dan menarik.


Aisyah Rahma Sabilla

XI MIPA 3


1 komentar: