Rendah Hati

  Liburan tersisa satu hari lagi, besok aku harus sudah kembali bersekolah seperti biasa lagi. Hari terakhir liburan ini kuhabiskan dengan bermalas-malasan sepanjang hari, dan di malam hari aku gunakan untuk mempersiapkan barang yang akan aku bawa ke sekolah besok. Keesokan hari nya, di sekolah aku kembali bertemu dengan teman-temanku setelah dua minggu kita tidak bertemu. Namaku Dina, siswi kelas 11 di salah satu SMA negeri di kotaku ini. Aku merupakan siswa yang biasa saja, tidak terlalu pintar dan hanya memiliki beberapa teman saja. Di bangku paling depan, terdapat dua temanku yang wajahnya bagai pinang dibelah dua, ya, mereka merupakan saudara kembar Gara dan Tara, berbeda dengan aku yang introvert, mereka masuk jajaran siswa most wanted di sekolahku. Satu lagi temanku yang juga merupakan teman sebangku ku adalah Nana, dia merupakan gadis yang sangat cantik dan pintar, meskipun begitu dia tetap rendah hati. 

   Hari pertama masuk sekolah diisi dengan sambutan selamat datang dari para guru, dan yang paling ditunggu adalah pengumuman mengenai lomba yang akan diadakan. Sudah menjadi tradisi bagi sekolahku bahwa di hari pertama masuk sekolah setelah liburan usai maka akan diumumkan lomba yang akan diadakan sekolah, pengumuman tersebut sangat ditunggu-tunggu karena hadiah dari perlombaan tersebut merupakan trip selama satu minggu ke Bali bagi 3 orang pemenang. Siswa yang tertarik dipersilakan untuk mendaftar di hari itu juga, karena kuota peserta sangat terbatas, yaitu hanya 20 orang saja. Perlombaan sudah diumumkan, ternyata di tahun ini akan diadakan lomba berpidato. Aku dan Nana memutuskan untuk mendaftar sedangkan Gara dan Tara tidak mendaftar karena mereka tidak terlalu tertarik dengan lomba tersebut. 

   Tiba-tiba salah satu teman kelasku berkata “Sudahlah, kalian semua menyerah saja, sudah pasti aku yang memenangi lomba ini!” Dia adalah Leo, salah satu murid pintar dikelasku, dia selalu bersaing dengan Nana dalam mendapatkan peringkat 1 dikelas, tetapi Leo merupakan anak yang sombong, dia hobi sekali memamerkan kepintarannya kepada teman-temannya. Lalu Gara menjawab perkataan Leo “Enak saja, tidak bisa begitu dong, kita semua kan memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti lomba ini.” Lalu Leo menjawab dengan muka masamnya “Cih, terserah kamu saja!”

    Tidak terasa, waktu persiapan untuk lomba berpidato tinggal 2 hari lagi, kami sangat bekerja keras dalam mempersiapkan lomba ini, salah satu yang membuat lomba ini sedikit sulit adalah kita tidak boleh membaca saat berpidato, kita harus memahami dan menghafal pidato tersebut agar tidak lupa saat berpidato. Sepanjang persiapan lomba Leo selalu saja mengganggu kami, mengatakan seharusnya kami menyerah saja dari awal, karena sudah pasti dia pemenangnya.

  Hari perlombaan pun tiba, para peserta dipersilakan untuk mengambil undian untuk urutan maju berpidato. Ternyata aku mendapat urutan pertama, Nana diurutan kelima, dan Leo diurutan keempat. Lomba pun dimulai, aku sangat gugup tetapi aku yakin bahwa aku pasti bisa. Selesai berpidato, para juri berkomentar bahwa pidato ku sudah bagus tetapi aku masih sedikit gugup dalam penyampaiannya. Peserta dengan nomor urut 2,3, dan 4 berpidato dengan sangat baik sehingga aku semakin takut untuk mengetahui pemenangnya. Tibalah saat nya Nana berpidato, dia berpidato dengan sangat baik, lancar dan penyampaiannya sangat bagus dan santai. Para juri pun memuji penampilan Nana. Setelah itu merupakan giliran Leo untuk berpidato, dengan lagaknya yang sombong dia naik ke atas panggung, pada awalnya pidatonya sangat bagus dan lancer tetapi lama kelamaan ia terbata-bata dan hanya diam di tas panggung dengan muka yang pucat menahan malu. Ternyata dia lupa isi pidatonya karena waktu persiapan sebelum tampil ia gunakan untuk menyombongkan dirinya. Hasil akhir dari perlombaan tersebut adalah Nana mendpatkan juara pertama, juara kedua dimenangkan oleh siswa yang memiliki nomor urut 4, dan yang tidak terduga adalah aku mendapatkan juara ketiga, sedangkan Leo tidak mendapatkan juara. Sebenarnya dia bisa tetapi karena terlalu sibuk menyombongkan dirinya, ia menjadi terlena bahwa banyak orang yang memiliki kemampuan dibawahnya berusaha dan bekerja keras untuk mengalahkannya.


MARITZA QANITA PRIMASITA

XI MIPA 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar